Selasa, 06 Maret 2012

Kamera: Aplikasi dan Jenisnya



Tulisan ini akan mendiskusikan mengenai kamera sebagai alat utama dalam memproduksi foto. Pertama akan didiskusikan mengenai perbedaan mendasar antara system operasi kamera digital dan analog. Meski kamera analog sudah jarang dipakai saat ini, namun system operasi ini adalah dasar dari pengembangan kamera berbasis digital. Kamera digital yang beredar luas aat ini juga telah berkembang secara cepat baik dari sisi kemasan maupun teknologi yang diusung.

Tulisan ini juga akan membahas mengenai jenis kamera yang beredar di pasaran, serta lebih jauh akan membahas sistem  yang dibenamkan dalam masing-masing kamera tersebut. Dengan pembahasan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu memahami fungsi dasar operasionalisasi kamera foto sehingga mampu mendapatkan kualitas foto yang sesuai dengan kebutuhan.

1.       Digital dan analog

Pertama kali saya mengenal kamera adalah saat orang tua memberikan sebuah kamera saku manual. Dengan fitur yang serba otomatis, dipastikan bahwa gambar akan selalu ‘bisa’ dilihat, terlepas apakah gambar itu indah atau tidak. Aktivitas beli roll film, memotret, mencuci dan mencetak menjadi hal yang wajar dilakukan pada waktu itu. Pada saat kuliah pun saya masih memakai kamera analog,tapi sudah berganti dari kamera saku ke kamera SLR (single lens reflect). Implikasinya, saya mulai dipusingkan dengan aturan komposisi, setting manual diafragma dan kecepatan rana. Beli film pun harus sudah perhatikan ISO berapa yang dipakai, apakah warna atau hitam-putih. Anda pun harus pandai memasang roll film. Jika tidak pas, dipastikan frame-nya meleset atau bahkan roll film akan terbakar karena memasangnya di tempat yang terlalu terang.

Namun segala kerepotan itu hilang saat saya mulai berkenalan dengan kamera berbasis digital. Semua system disimplifikasi dan terintegrasi dalam satu bentuk kamera. Memotret pun akan seketika bisa me-review gambar yang dihasilkan. Berbeda dengan kamera analog, memotret harus menunggu dicuci cetak untuk mengetahui hasilnya. Jika hasilnya jelek, ya rugi uang dan rugi waktu. Gambar yang dihasilkan oleh kamera digital bisa disunting ulang di computer dan seketika bisa dicetak melalui printer di rumah. Sedangkan foto yang masih termuat dalam roll film dalam kamera analog masih harus melalui proses cuci film untuk kemudian dicetak melalui printer khusus yang tersedia di toko-toko kamera. Meski kamera SLR analog sudah mengadopsi teknologi mutakhir, namun di kamera digital settingnya juga semakin komplit, karena bisa memilih setting potret automatis, manual, atau setting tertentu untuk beragam objek dan kondisi pencahayaan.

Jika ditilik dari system yang dipakai, kamera analog dan kamera digital menerapkan cara yang berbeda terutama dalam penggunaan materi penangkap gambar. 

ilustrasi perbedaan sistem penangkapan cahaya pada kamera analog dan digital (John Tarrant, 2003)

Pada kamera manual, cahaya yang masuk ke kamera akan ditangkap oleh film dan membutuhkan proses selanjutnya untuk menjadi sebuah gambar yang bisa dilihat. Sedangkan pada kamera digital cahaya yang masuk akan ditangkap oleh chip elektronik peka cahaya yang disebut CCD (Charge Coupling Device), yang kemudian disimpan dalam memory card (media penyimpan data). Revolusi medium penangkap cahaya dari film ke CCD membantu pemotret untuk me-review hasil foto secara cepat melalui layar LCD kamera.

CCD adalah semikonduktor peka cahaya yang tersusun dari jutaan titik (pixel). Jadi jika sebuah kamera mempunyai fitur 12 mega pixel ,maka CCD akan memuat 12,000,000 pixel. Saat cahaya menyentuh CCD, setiap pixel berubah menjadi picu elektrik yang memunculkan warna sesuai dengan panjang gelombang cahayanya (Kim, 2003). CCD dalam dunia foto digital disebut sebagai ‘sensor’. Sensor yang secara umum dikenal adalah CCD dan CMOS (Complimentary Metal Oxyde Semiconductor).

Migrasi tekonologi penangkap cahaya dari film ke sensor elektrik juga berpengaruh terhadap ukuran kamera. Ruang khusus dalam kamera yang biasanya ditempati oleh roll film menjadi tidak perlu dan bisa dhilangkan. Sensor elektrik yang kecil, tipis dan hemat ruang mereduksi ukuran kamera secara signifikan. Bentuk kamera pun menjadi lebih kompak dan mudah dibawa kemana-mana. Produsen kamera pun lebih leluasa membuat kamera dengan berbagai bentuk dan ukuran.

Ragam kamera Digital (Chavanu, n.d)

Meski digitalisasi kamera berjalan secara cepat dan produksinya juga massif, penggemar kamera analog masih tetap ada. Selain karena harga kamera digital lebih mahal, kamera analog masih disukai karena mampu mengasah kemampuan fotografer secara mendalam, terutama dalam memotret objek dan proses pasca-produksi. Foto yang diambil tidak boleh sembarangan karena dibatasi oleh jumlah roll film yang ada. Hasil foto pun tidak bisa langsung dilihat, jadi insting fotografer akan terus terasah. Usai memotret pun, seorang fotografer yang memiliki Ruang Gelap sendiri akan memproses secara kimiawi dari pita seluloid ke dalam kertas foto. Kontras dan saturasi foto diedit secara manual. Aktivitas inilah yang kemudian tidak bisa dimiliki oleh budaya digital yang serba cepat dan instant.

Jenis kamera

Dari sekian banyak jenis kamera foto yang beredar di pasaran, pertanyaan mendasar yang mungkin muncul di benak fotografer pemula adalah: “jenis kamera apa yang harus saya gunakan?” jawaban umum yang bisa diberikan adalah tergantung berapa banyak uang yang ingin anda habiskan untuk sebuah kamera, dan difungsikan untuk memotret apa kamera itu nantinya. Tulisan ini akan membahas mengenai jenis kamera digital yang beredar di masyarakat. Kamera analog tidak akan dibahas karena peredarannya di masyarakat juga berkurang secara signifikan seiring maraknya pengembangan produk kamera berbasiskan digital.
Ada tiga tipe kamera yang secara luas beredar di pasaran dan dipakai secara massal oleh konsumen: 1) Point-and-shoot, 2) Compact, dan 3) DSLR (Digital Single Lens Reflex). Masing-masing kamera memiliki fungsi berdasarkan bentuk dan ukurannya.

1. Point-and-shoot Camera

Jenis kamera ini paling banyak dipakai oleh konsumen jika dibandingkan dengan jenis kamera yang lain. Konsumen memakai kamera ini sesuai nama yang diberikan. Kamera ini memang ditujukan untuk konsumen foto kelas pemula yang menginginkan simplifikasi dalam pemakaian. Tidak perlu mengatur setting dengan rumit. Cukup dinyalakan, diarahkan ke bidang foto, dan dijepret. Seluruh system foto juga terintegrasi dan diatur secara otomatis, seperti ISO, kecepatan rana, diafragma, dan White Balance. Kamera ini bisa dibeli dengan harga dibawah kamera Compact atau DSLR. Kamera ini biasanya berukuran kecil dan mudah dibawa kemana-mana.

Ragam kamera Point and Shoot

Lensa yang dipakai mempunyai jarak fokal yang bervariasi (misalnya: 17-105mm, 17-85mm). Lensa terpasang menyatu dengan tubuh kamera dan tidak bisa dibongkar-pasang. Karena memakai teknologi yang disesuaikan dengan harganya, maka seringkali terjadi ketidakpuasan konsumen terkait lambatnya proses olah foto oleh sensor, layar LCD yang kurang cerah warnanya, dan keterbatasan jangkauan diafragma dan ISO.

2. Compact Camera

Jenis kamera ini mempunyai fitur yang hampir sama dengan kamera point-and-shoot. Yang membedakan adalah ukurannya yang lebih besar dengan fitur yang lebih beragam. Harga kamera ini lebih mahal dari point-and-shoot dan bahkan lebih mahal dibanding beberapa kamera DSLR kelas menengah kebawah.

Kamera ini memang ditujukan untuk menjembatani konsumen yang ingin lebih serius mendalami fotografi namun tidak memiliki cukup dana untuk membeli kamera DSLR ataupun memang tidak menginginkan bentuk dan ukuran terlalu besar seperti pada kamera DSLR maupun terlalu kecil seperti pada kamera point-and-shoot.  


Ragam kamera compact
3. DSLR

Sesuai dengan namanya, Kamera Digital Single-Lens Reflex (DSLR) memang membawa konsep cermin reflektif yang memungkinkan pemotret membingkai gambar melalui cermin terlebih dahulu sebelum rana ditekan. Cahaya yang melalui lensa kamera DSLR akan jatuh ke prisma reflector dan dipantulkan ke viewfiender (jendela intip). Jadi pemotret akan melihat kondisi actual objek foto.

Saat rana ditekan, cermin akan berputar keatas dan membuka jalan bagi cahaya untuk masuk ke sensor digital untuk kemudian dilakukan pengolahan gambar sebelum ditayangkan dio layar LCD. Berbeda dengan kamera point-and-shoot ataupun kamera compact, semua fitur dalam kamera DSLR bisa diatur sesuai dengan keinginan pemotret. Kamera DSLR juga memungkinkan penyesuaian lensa dengan cara bongkar-pasang.    





Ilustrasi tubuh kamera DSLR

Jenis kamera lainnya

Dalam perkembangannya, terdapat banyak variasi jenis kamera. Kamera seperti medium format, Twin Lens Reflect sudah banyak dikenal bahkan sebelum era kamera digital. Kualitas kamera tersebut sangat mumpuni dan biasa dipakai fotografer professional. Namun karena harganya yang mahal, peredaran kamera ini pun hanya terbatas di pasar-pasar khusus. 




contoh medium format camera

Perkembangan yang paling banyak menarik perhatian adalah jenis kamera Micro four-thirds. Konsep kamera ini dikembangkan bersama oleh Olympus dan Panasonic. Jenis kamera ini mendukung teknologi DSLR dengan bentuk dan ukuran seperti kamera compact. Seiring kemudian, Sony dan merk lain mulai mengikuti dengan konsep kamera mirrorless.


contoh kamera Micro-Four-Third


Pada 2011, konsep kamera masa depan, WVIL camera diperkenalkan ke public. Kamera ini berukuran mini seukuran smartphone, dengan system olah gambar digital dan fungsi touchscreen. Lensa yang dipakai pun bisa dibongkar pasang.





Sistem operasional kamera

Semua jenis kamera foto mempunyai satu tujuan system operasi yang sama: menangkap cahaya melalui lensa dan diproses kemudian menjadi produk foto. Meski demikian, pola operasi kamera akan berbeda tergantung dari teknologi yang dipakai.

Secara mendasar, system operasi kamera digital tidaklah berbeda dengan kamera analog. Keduanya sama mengoperasikan elemen inti dari lensa, diafragma, dan kecepatan rana. Perbedaannya hanyalah bagaimana objek foto itu ditangkap dan informasi datanya disimpan. Jadi, jika anda terbiasa memotret dengan kamera analog, maka anda tidak akan menemukan kesulitan ketika memakai kamera digital.  




                                                                                                diafragma     


Secara sederhana, kamera analog terdiri atas sebuah system lensa, sebuah system diafragma (aperture) dan sebuah system rana (shutter). System lensa akan memastikan bahwa objek yang tertangkap akan focus, sementara aperture dan shutter akan mengontrol jumlah cahaya yang masuk kedalam film. Segera setelah shutter dipencet, cahaya akan dibiarkan masuk melalui system lensa dan aperture. Cahaya kemudian akan dihadang oleh rana (bentuk fisik rana masih tampak di kamera film, pada kamera digital rana diatur secara digital) sebelum masuk ke bidang sensor digital. Gambar akan diolah oleh sensor dan kemudian ditampilkan di layar LCD (pada kamera digital).  

Kesimpulan

Kamera diproduksi oleh produsen yang berbeda dengan system yang berbeda pula. Jenis-jenis kamera yang dibahas diatas adalah sebagian dari kamera yang beredar di pasaran. Perkembangan inovasi kamera pun memang terfokus kepada revolusi ukuran dengan tendensi perkecilan bentuk. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, tidak mustahil jika kemudian kamera berkualitas akan semakin mudah diakses dan dibawa kemana-mana karena harganya yang terjangkau dan bentuknya yang kompak.

Yang perlu diperhatikan oleh fotografer pemula, adalah jangan terlalu mementingkan harga ketika membeli sebuah kamera. Gunakan kamera jenis apapun, yang penting anda terus memotret. Kualitas foto yang bagus tidak serta merta ditentukan oleh harga kamera.




Aktivitas Bersama



1.    cari tahu lebih jauh tentang perkembangan fotografi, misalnya dari alat perekam foto yang dihubungkan dengan budaya yang diciptakannya (misalnya penggunaan kamera Polaroid, kamera Lomo dalam Lomografi, dll)

2.    cari kamera ataupun bukti foto lama yang ada di rumah anda, model apapun. Perhatikan bentuknya, kapan diproduksi, dan bandingkan dengan teknologi kamera saat ini dan masa lampau. Berikan opini anda.

       

      Daftar Pustaka
Apple. (2005). Aperture: Digital Photography Fundamentals. Apple Computer Inc.
Olympus. (2006). FAQ Frequently Asked Questions on Digital Photography. The Olympus Digital Library – Volume 5. Olympus Imaging Europa.
Tarrant, John.( 2003). Digital Camera Techniques. Focal Press. Oxford.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar