Senin, 02 April 2012

Dasar pemotretan: Aperture, Shutter Speed, ISO


Bab ini akan membahas mengenai hal-hal yang patut untuk diperhatikan saat melakukan pemotretan. Memotret bukan sekedar menggunakan kamera. Memotret adalah sebuah proses produksi yang melibatkan elemen-elemen pendukung yang saling bekerjasama menghasilkan produk foto yang menawan.

Setiap elemen pendukung mempunyai peran masing-masing. Tiga elemen penting dalam proses pemotretan adalah: diafragma, kecepatan rana, dan ISO.
  
Meskipun setiap kamera mempunyai fitur yang bisa mengatur proses pemotretan secara automatis, namun tidak disarankan bagi mahasiswa yang tertarik mempelajari fotografi untuk memakai sarana tersebut. Meski kamera yang dipakai adalah kamera digital dengan segala fitur yang memudahkan, namun akan sangat menarik dan mengasyikkan bagi mahasiswa untuk mengatur setting kamera secara manual. Dengan begitu hasil yang didapatkan pun akan semakin berharga karena melalui proses yang tidak serta merta.

1. Shutter Speed
Shutter speed (kecepatan rana) adalah ukuran kecepatan bukaan rana kamera. Rana berfungsi untuk menjaga dan menyaring cahaya yang masuk ke ruangan sensor digital (atau film dalam kamera analog). Lebih jauh, didalam rana terjadi aktivitas pengaturan arus cahaya yang masuk melalui lensa yang dikendalikan oleh sebuah tombol. Semakin cepat rana (misalnya bukaan 1/100, 1/500, dan seterusnya) maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Semakin lambat rana (misalnya 1/5, 1 detik, 5 detik, 10 detik, dan seterusnya) maka semakin banyak cahaya yang masuk. Pada kamera analog, rana berbentuk seperti tirai jendela yang bisa diatur besar-kecil bukaannya. 

Tirai rana pada kamera analog


Sebelum era digital, rana dibiarkan selalu menutup untuk menjaga film agar tidak terpapar cahaya. Pada kamera digital, rana diatur secara digital dan tidak berbentuk seperti tirai. Sensor digital bisa dinyalakan atau dimatikan secara elektronik.

2. Aperture/Diafragma
Dikenal juga dengan sebutan aperture,adalah material serupa iris pada mata manusia yang berfungsi sebagai pintu gerbang cahaya yang memasuki lensa. Exposure dalam foto ditentukan oleh kolaborasi antara bukaan aperture dan shutter speed. Semakin besar bukaan aperture (berarti angkanya semakin kecil, misalnya 5.6, 4.0, 1.8, 1.4, dan seterusnya) maka semakin besar cahaya yang masuk dan ruang tajamnya semakin banyak. Semakin kecil bukaan aperture (angkanya semakin besar, misalnya 6, 8, 11, 19, dan seterusnya) maka semakin sedikit cahaya yang masuk dan ruang tajam juga semakin berkurang. 



F-Stop. Fotografer mengatur aperture dengan setting f-stop. F-stop adalah rasio panjang focal lensa dengan diameter bukaan aperture. Sebagai contoh, lensa 50 mm dengan bukaan diameter aperture sebesar 12.5 mm, maka f stop akan senilai 4 (50 / 4 = 12.5). karenanya semakin besar angka numeric f-stop, maka semakin kecil angka aperture. Kecepatan lensa ditentukan oleh oleh nilai f-stop (angka terkecil). Jadi, semakin kecil angka aperture, semakin cepat motor lensa tersebut.

3. ISO
Huruf ISO didalam kamera merujuk pada kecepatan film foto. Meskipun kamera DSLR sudah berbasis digital, namun standard ISO masih tetap dipakai untuk menentukan sensitifitas sensor digital terhadap cahaya. ISO yang sering digunakan adalah ukuran 80, 100, 200, 400, 800 dan 1600. Meski demikian, dalam produksi terbarunya, Sony mampu mengeluarkan kamera dengan tingkat ISO sampai 12000.



Secara sederhana, semakin rendah angka ISO, berarti intensitas cahaya yang diterima sensor digital akan semakin rendah. Semakin tinggi angka ISO, maka intensitas cahaya ke sensor juga semakin tinggi. Semakin rendah angka ISO, kualitas gambarnya akan semakin halus, sensitifitas tinggi namun tingkat penangkapan cahaya menjadi berkurang. Sebaliknya, semakin tinggi ISO maka kualitas warna gambar akan semakin kasar, sensitifitas rendah namun tingkat penangkapan cahaya menjadi bertambah.

perbandingan ISO



Light Metering
Light Metering adalah proses pembacaan tingkat intensitas cahaya oleh kamera. Setelah informasi terkumpul, kamera akan menyesuaikan dengan setting yang tersedia. Fotografer juga bisa memilih setting yang tersedia. Setting yang biasa ada di kamera meliputi:

*      Evaluative/matrix:  diukur berdasarkan data dari matrix data seperti titik focus, ukuran subjek foto, posisi, jarak, tingkat cahaya keseluruhan, dan cahaya depan dan belakang. Berguna untuk subjek foto secara umum tanpa intensitas cahaya yang tinggi. Untuk foto benda bergerak (kecepatan tinggi).   








Spot/partial: metering pas di tengah/objek. Spot metering mencakup 1-3.5 persen dari keseluruhan area frame. Partial metering mencakup 9.5 persen area. Berguna saat kondisi over/under exposure, still-life photo. Jika ditemukan kesulitan menemukan exposure yang pas, maka bracketing adalah cara alternative.



Center-weighted: biasa dipakai dalam foto portrait. Metering dilakukan terhadap keseluruhan area frame dengan titik berat diberikan di tengah frame.




Penutup
Pengetahuan dasar mengenai kecepatan rana, diafragma, metering cahaya, dan ISO adalah modal penting bagi fotografer pemula untuk dapat mengendalikan kamera dan lensa. Sebagaimana dijelaskan di awal, bahwa memotret bukan hanya sekedar jepret saja, namun ada serangkaian proses teknis dan nonteknis yang harus dilalui.

Diafragma dan shutter akan berkolaborasi dalam menyaring cahaya yang masuk. Dibutuhkan kejelian dalam melihat keseimbangan antara shutter dan aperture. Untuk membantu pemotretan, dalam kamera DSLR ada fitur light metering.  Light metering membantu dalam menentukan titik tajam di frame. Sedangkan ISO akan berperan dalam merekam sensitifitas kamera terhadap cahaya.  

Latihan
11. Potretlah lingkungan disekitar anda dengan setting manual untuk belajar mengatur aperture, shutter dan ISO. Jangan lupa untuk mencatat metadata (data teknis) yang muncul di layar LCD kamera dan kemudian bisa anda akses pula data tersebut di computer
22. Buat foto dengan tiga prioritas: 1) diafragma, 2) shutter, dan 3) ISO. 

Mahasiswa diharapkan untuk mengeksplorasi lebih jauh setting manual kamera terutama untuk diafragma, shutter dan ISO. Untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman, mahasiswa juga didorong untuk mengakses laboratorium fotografi dan mencoba kamera fotografi yang tersedia.


Daftar Pustaka
Chavanu, Bakari. (n.d). The Essential Guide to Digital Photography. Makeuseof.com.
Photozone. (n.d). Light Metering. Diakses pada 03 Desember 2011 dari http://www.photozone.de/Technique
Story, Derrick. (n.d). Digital Photography Pocket Guide. O’Reilly. Cambridge.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar