Senin, 02 April 2012

Dasar Pemotretan: Komposisi


Setelah mahasiswa memahami kaidah teknis pemotretan yang mencakup penguasaan setting diafragma, kecepatan rana, light meter dan ISO, maka selanjutnya mahasiswa akan belajar mengenai bagaimana sebuah gambar itu diatur sehingga terlihat indah. Jika setting kamera dan lensa adalah hal-hal yang teknis, maka komposisi foto lebih bersifat non-teknis dan melibatkan kepekaan rasa pemotret terhadap objek yang dibidiknya.

 Komposisi akan lebih mudah dipahami dengan konsep the rule of thirds. Selain konsep ini, penulis juga akan membahas mengenai konsep pembingkaian foto lainnya sehingga mahasiswa mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.

Fotografer amatir seringkali hanya meributkan urusan teknis alat mereka, seperti: kamera apa yang dipakai, lensa apa yang dipunyai, dan lain sebagainya. Pada akhirnya, untuk urusan gambar mereka hanya menyerahkan sepenuhnya kepada kecanggihan kamera yang dipunyai. Akibatnya, gambar menjadi hambar, tidak ada sentuhan rasa, dan terkesan asal-jadi.

Pemahaman tentang komposisi bagi mahasiswa menjadi penting agar kepentingan fotografi sebagai karya seni tetap terjaga. Memotret bukan hanya mengandalkan alat yang canggih, namun juga kepekaan terhadap kondisi, kemampuan melihat momen penting, menjadi bekal khusus seorang fotografer.

Apa itu Komposisi?

Semua foto yang bagus mempunyai satu kesamaan: komposisi yang baik. Pada foto yang bagus terdapat keseimbangan antar komponen yang termuat dalam visual foto.  Keseimbangan itu juga berkemampuan untuk membuat audiens untuk berlama-lama melihat foto tersebut. Dalam komposisi tidak ada istilah benar atau salah, yang ada adalah pas atau kurang pas.

Pengaturan komposisi dapat dilakukan dalam semua bentuk kamera. Komposisi adalah apa yang ada di pikiran fotografer, yang kemudian diterjemahkan kedalam hasil foto. 

The Rule of Thirds
Konsep the rule of thirds dipakai oleh para pelukis di era Renaissance, dan seterusnya dipakai sebagai panduan dalam produksi lukisan, foto, film, dan karya visual lainnya. Dalam konsep ini, mata manusia diyakini punya “titik visual” yang memusatkan titik perhatian kepada empat titik perpotongan garis (disebut juga sebagai garis imajiner). 

the rule of thirds

contoh foto yang menerapkan konsep the rule of thirds (Wahyudi,2011)

Secara teori, konsep the rule of thirds berarti anda menempatkan point perhatian anda disepanjang perpotongan garis sehingga foto terlihat lebih seimbang dan member kesempatan kepada audiens untuk berinteraksi dengan foto secara natural. Hal ini didasari beberapa studi yang memang menyatakan bahwa mata manusia cenderung untuk focus di titik perpotongan garis daripada focus di titik tengah frame gambar.

Untuk membantu anda terbiasa dengan konsep ini, biasakan untuk menanyakan kepada diri sendiri sebelum memotret, pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah titik perhatian dari subjek yang akan saya potret?
2. Dibagian mana saya akan meletakkan subjek tersebut?

foto pemandangan atau foto landscape juga akan semakin menarik jika anda menempatkan horizon tepat di perpotongan garis dalam konsep the rule of thirds. Jadi, jika area perhatian terletak di darat atau perairan, maka garis horizon biasanya akan menempati 2/3 bagian dari atas ke bawah. 


landscape berdasarkan aturan the rule of thirds

Golden Section

 Dengan dasar pengertian yang sama dengan the rule of thirds, bahwa mata manusia akan tertumpu pada titik-titik visual tertentu, konsep the Golden Section diperkenalkan. Konsep ini sudah dikenal dalam karya visual pada masa sebelum masehi oleh seniman-seniman Babilonia, Yunani dan Mesir. Pelukis terkenal Leonardo da Vinci menjelaskan prinsip bahwa pada dasarnya indra visual manusia memahami keindahan dan harmoni  berdasarkan garis-garis yang saling berpotongan membentuk Sembilan bagian yang tidak sama.

Golden Section
Diagonal Rule
Pada diagonal rule, frame foto dibagi menjadi dua bagian, tiap bagian dibagi menjadi tiga. Menurut aturan ini, tiap bagian foto yang menarik harus diletakkan sesuai alur garis yang terbagi tadi. 

Diagonal Rule

Tidak ada yang lebih mengganggu selain background foto yang terlalu ramai. Hal ini berakibat pada pengalihan perhatian audiens dari objek foto yang diinginkan. Coba perhatikan tiang listrik, pepohonan, lalu lalang orang, warna yang mencolok, dan apapun yang sekiranya dapat membuat perhatian teralihkan. Anda harus pandai mengatur komposisi dan focus gambar untuk menjaga keseimbangan foto. Berungkali tanyakan pada diri anda: “apakah komposisi ini yang saya inginkan?”

simplifikasi berarti menyederhanakan komposisi foto. Seringkali orang ingin mendapatkan semuanya dalam satu foto; hal yang harus dihindari ketika belajar fotografi. Belajar komposisi berarti juga belajar melihat sesuatu dengan tenang dan tidak rakus. Objek foto hadir untuk melegakan pandangan mata kita, dan itu pula yang harusn ya mucul dalam produk foto: sesuatu yang membuat nyaman, takjub.

Perhatikan juga background (latar belakang) dan foreground (latar depan) dalam sebuah foto. Pengaturan dua hal ini akan sangat menentukan komposisi foto anda dan juga penataan sudut pandang dan ruang tajam foto.  

simplifikasi background pada subjek foto

Cropping

Di kalangan fotografer, ada pepatah yang mengatakan “jika foto anda tidak terlihat bagus, mungkin  karena itu kurang dekat”. Fotografi tidak hanya memotretobjek foto. Fotografi lebih jauh akan menjelaskan hubungan special si pemotret dengan objek yang dia bidik. ‘dekat’ dalam hal ini bisa berarti mendekati objek dari perspektif jarak, atau bisa pula berarti mendekati objek dari perspektif perasaan.

Kita akan membahas pendekatan dari sisi jarak. Objek bias didekati dengan dua cara: 1) secara fisik kita mendekat, atau 2) memakai fasilitas zoom yang ada di lensa kamera. Hal ini bisa juga disebut sebagai “cropping by camera”. Cropping juga bisa dilakukan melalui perangkat di luar kamera, seperti computer. 

Penutup
Komposisi dalam foto tidak bisa hanya dibahas di kelas. Dibutuhkan praktek memotret secara berkelanjutan. Kepekaan seseorang terhadap komposisi dan aturan-aturannya akan terasah jika aktivitas memotret terus dilakukan.

Proses memotret untuk mendapatkan komposisi terbaik adalah proses yang berjalan terus menerus. Aturan-aturan yang disebutkan diatas adalah anjuran yang tidak harus diamalkan terus menerus. Kreativitas untuk menggali dan menemukan komposisi baru adalah hal yang mutlak bagi seorang fotografer.    

latihan 

1. Potretlah objek yang anda inginkan dengan aturan komposisi the rule of thirds, golden section, dan diagonal rule.
2. Potretlah objek dengan aturan simplikasi dan kemudian pilihlah satu foto untuk anda crop.


Mahasiswa diharapkan untuk mengeksplorasi komposisi foto. Untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman, mahasiswa juga didorong untuk mengakses laboratorium fotografi dan mencoba kamera dan peralatan fotografi yang tersedia.


Daftar Pustaka
Colorpilot. (n.d). photography composition – Your photo as a story. Diakses pada 04 Desember 2011, dari  http://www.colorpilot.com/comp_rules.html
Rowse, Darren. (n.d). Rule of Thirds. Diakses pada 04 Desember 2011 dari   http://www.digital-photography-school.com/rule-of-thirds
Rowse, Darren. (n.d). 5 Elements of composition in photography. Diakses pada 04 Desember 2011 dari   http://www.digital-photography-school.com/5-elements-of-composition-in-photography
Wahyudi, Irfan. (2011). Koleksi foto pribadi. 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar