|
memotret warna (Wahyudi, 2011) |
Fotografi mengalamai perkembangan yang signifikan terutama setelah
ditemukan medium foto berwarna. Berbagai riset dan pengembangan dilakukan untuk
menyamakan atau setidaknya mendekati persepsi warna pada mata manusia.
Pembahasan mengenai warna pada fotografi mengacu pada teori warna dalam seni
lukis dengan pengembangan lebih jauh menyesuaikan dengan konsep warna pada
media digital.
Bab ini akan mencakup bahasan mengenai teori warna dan penggunaannya
dalam praktek fotografi. Warna merupakan daya tarik foto yang harus dimengerti
dan diatur secara maksimal oleh fotografer. Pemahaman mengenai sifat warna juga
penting bagi fotografer untuk menghasilkan karya fotografi yang mumpuni.
Pemahaman
mengenai sifat warna dalam fotografi akan membantu mahasiswa mengukur dan
mengenali warna objek sebelum memotret. Kendali atas warna juga bisa dilakukan
melalui setting kamera dan juga proses pasca-produksi melalui computer. Karena
pada dasarnya fotografi adalah berusaha melihat objek dengan perspektif yang
berbeda dengan mata manusia, maka warna yang muncul di karya foto juga
seharusnya bisa menyampaikan ide yang berbeda terhadap pemaknaan warna itu
sendiri.
Dalam
proses selanjutnya, mahasiswa diharapkan untuk tidak hanya melihat warna objek
foto, namun juga melihat elemen pendukung objek itu, (background, foreground)
yang seringkali mempunyai intensitas warna yang berbeda, yang seringkali malah
menjadi pusat perhatian dominan. Mahasiswa diharapkan untuk tidak terjebak
dalam pemilihan warna dalam foto, karena setiap warna mempunyai karakteristik
masing-masing.
‘Warna’
adalah bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Warna ada dimana-mana.
Warna sendiri tergolong sebagai teori baru dalam fotografi, namun warna
bukanlah hal baru dalam kesenian, terutama seni lukis.
Bagi
orang awam, warna adalah apa yang muncul dan disediakan oleh alam. Namun bagi
fotografer, warna akan dipersepsi sebagai potensi yang akan dibingkai didalam
karya fotonya. Pada bab sebelumnya sudah disinggung mengenai perbedaan cara
melihat antara mata manusia dan ‘mata’ kamera. Lebih jauh, sebuah panduan
memotret digital yang dikeluarkan oleh Aperture (perusahaan Apple) menjelaskan,
bahwa dalam menerima cahaya mata manusia mempunyai tiga bagian penting:
1) pupil/iris : membesar dan mengecil sesuai jumlah cahaya
yang masuk ke mata
2) sel-sel Rod (batang) di retina : sel yang merespon tingkat brightness (gelap-terang) cahaya. Bekerja sangat baik pada kondisi
minim cahaya.
3) sel-sel Cone (kerucut) di retina: sel yang juga merespon tingkat brightness (gelap-terang) cahaya. Bekerja sangat baik pada kondisi
terang benderang.
Untuk
membedakan warna, sel-sel Cone mempunyai tiga spectrum elektromagnetik:
1) Cone R: mengartikan warna merah dengan
ukuran spectrum 600-700 nanometer (nm)
2) Cone G: mengartikan warna hijau dengan
ukuran spectrum 500-600 nm
3) Cone B:
mengartikan warna biru dengan ukuran spectrum 400-500nm
Warna
yang dilihat manusia pada kondisi tertentu tergantung dari sel-sel mana yang
dirangsang. Cahaya biru, akan menstimulasi cone B, yang kemudian akan
dipersepsi oleh otak sebagai ‘warna biru’. Saat terjadi stimulasi lebih dari
dua warna, maka otak akan merespon dengan menggabungkan dua warna tersebut
sehingga persepsi muncul sebagai warna tersier (misalnya merah muda, magenta).
Jika ketiga warna (R,G,B) muncul dengan intensitas cahaya yang sama, maka mata
akan mempersepsi sebagai warna putih atau cenderung abu-abu.
Sel
Cone letaknya lebih tersebar dibandingkan sel Rod. Sel Cone juga kurang
sensitive terhadap cahaya, dan tidak akan aktif bekerja jika tidak ada
intensitas cahaya yang memadai. Hasilnya, pada kondisi kurang cahaya, mata
hanya akan melihat warna monokromatis (seperti hitam-putih). Akan tetapi, saat
cahaya terang, warna yang dipersepsi pun akan menjadi lebih variatif.
System
pada mata manusia kemudian dijadikan pedoman pada pengembangan teknologi kamera
digital. Penting untuk dipahami bahwa meski
konsep ‘warna’ sangat tergantung dari persepsi masing-masing individu
(misalnya: biru dipersepsi hijau), namun ada pakem yang patut untuk dipahami
oleh fotografer. Warna punya kendali dan dampak luar biasa terhadap bagaimana
kita menghargai ebuah foto. Warna dapat dipakai untuk menciptakan keseimbangan,
kontras, penekanan, dan harmoni.
Dalam
kaidah fotografi digital, warna mempunyai tiga parameter: 1) Hue, 2) Saturation, 3) Brightness.
1. Hue/corak:
dibentuk oleh tiga warna dasar yang membentuk corak
warna lainnya.
|
the color wheel |
|
the color spectrum |
Corak
warna akan melahirkan warna komplementer, yaitu warna yang berseberangan posisi
dengan warna primer (bias dilihat pada color wheel), misalnya warna hijau
(komplementer merah), violet (komplementer kuning), oranye (komplementer biru).
|
warna komplementer: magenta (koleksi foto Irfan Wahyudi, 2011) |
|
warna komplementer: hijau (koleksi foto Irfan Wahyudi, 2011) |
Warna
yang muncul dari bias cahaya biasanya mempunyai warna aditif (tambahan), yang
muncul pada perangkat digital (misalnya computer, TV, video) yaitu: merah,
hijau, biru (red,green, blue/ RGB). Sementara itu, warna yang muncul dari hasil
absorbs cahaya akan memunculkan warna CMYK (Cyan, Magenta, Yellow), atau CMYK
(memasukkan warna hitam). Warna ini muncul pada teknologi printing (cetak).
Yang harus diperhatikan
disini adalah, warna yang muncul pada foto anda seringkali ditampilkan berbeda
pada kamera, computer dan pada saat foto itu dicetak. Maka dibutuhkan
penyesuaian antara RGB dan CMYK. Untuk membantu proses penyesuaian warna,
dewasa ini sudah banyak pengembang software (misalnya: Adobe photoshop)
menyiapkan perangkat tambahan untuk mengatasi masalah tersebut. Fotografer
perlu untuk mengetahui perbedaan ini, terutama pada proses pasca-produksi
(penyuntingan gambar).
2. Saturasi (Chroma)
Saturasi
adalah variasi warna dalam kesatuan rona. Warna merah yang tersaturasi adalah
warna merah yang murni, tidak diencerkan atau dikurangi kadarnya atau
dimatangkan. Warna yang kurang saturasi akan terlihat abu-abu (kelam).
Proses
desaturasi warna adalah hasil paduan dari corak-corak dengan hitam, putih atau
akbu-abu, atau dengan warna komplementer. Saat saturasi diturunkan, akan muncul efek sendu,
kelam, memorable.
|
proses desaturasi warna |
Warna alami dengan saturasi penuh akan memperkuat kesan pewarnaan. Bunga dengan warna memikat, sebagai contoh, akan sangat menarik di foto
|
warna foto dengan saturasi penuh |
3. Brightness
Tingkat
cerah-gelap warna akan menentukan mood dan suasana sebuah karya foto.
Brightness juga akan memudahkan audiens melihat focus perhatian di dalam foto.
Permainan brightness pada warna-warna komplementer sangat disarankan untuk
menambah kekuatan objek dengan warna tersebut. Meski demikian, warna primer
juga membutuhkan aturan gelap-terang untuk menambah atau mengurangi dominasi
warna tersebut dalam sebuah frame.
|
pengaturan Brightness akan membantu membentuk 'mood' foto |
Warna Dominan
Warna-warna
primer mempunyai potensi untuk menguasai (mendominasi) pandangan mata manusia.
Berhati-hatilah dalam menggunakan warna primer, terutama warna merah dan
kuning. Pertimbangkan dengan matang penggunaannya, terutama untuk background
atau foreground.
|
dominasi warna merah akan tetap tampak meski tidak menguasai frame |
|
Red Rose (Wahyudi, 2011) |
|
penggunaan warna kuning secara dominan akan memberikan efek hangat (foto: Wahyudi, 2010) |
Penutup
Perlakuan
terhadap warna dalam fotografi memang sangat istimewa. Pengaturan warna akan
membawa fotografer untuk selangkah lebih maju dalam memahami produk foto yang
dihasilkannya. Proses melukis dengan cahaya dalam fotografi pun akan terus
memperhatikan proses pewarnaan yang dinamis dan akan terus berubah seiring
beragamnya pengalaman yang didapat saat memotret.
Pemahaman
terhadap pola warna dan cahaya dalam fotografi akan menjadi bekal penting bagi
fotografer dalam melaksanakan kegiatan memotret dengan kondisi yang berbeda.
Latihan
11. Potretlah
objek dengan intensitas warna yang variatif (mulai yang rendah, sedang, maupun
tinggi). Perhatikan kecenderungan warnanya. Catat pula suhu warna yang muncul.
22. Olah dan sunting hasil foto anda dengan memakai software
yang tersedia di computer (misalnya memakai ACDSee). Konsentrasikan editing
Anda pada pewarnaan. Eksplorasi kemungkinan warna yang ada sehingga hasil foto
anda akan semarik untuk diamati.
Mahasiswa
diharapkan untuk mengeksplorasi setting warna yang tersedia di dalam kamera.
Mahasiswa juga didorong untuk melakukan editing pasca memotret untuk
mendapatkan hasil terbaik dari karya fotonya.
Daftar Pustaka
Apple. (2005). Aperture:
Digital Photography Fundamentals. Apple Computer Inc.
Olympus. (2006). FAQ Frequently
Asked Questions on Digital Photography. The Olympus Digital Library – Volume 5.
Olympus Imaging Europa.
Tarrant, John.( 2003). Digital Camera Techniques. Focal Press. Oxford.
Wahyudi, Irfan. (2011). Koleksi foto pribadi.