Tulisan ini akan
mendiskusikan mengenai kamera sebagai alat utama dalam memproduksi foto.
Pertama akan didiskusikan mengenai perbedaan mendasar antara system operasi kamera
digital dan analog. Meski kamera analog sudah jarang dipakai saat ini, namun
system operasi ini adalah dasar dari pengembangan kamera berbasis digital.
Kamera digital yang beredar luas aat ini juga telah berkembang secara cepat
baik dari sisi kemasan maupun teknologi yang diusung.
Tulisan ini juga akan
membahas mengenai jenis kamera yang beredar di pasaran, serta lebih jauh akan
membahas sistem yang dibenamkan dalam
masing-masing kamera tersebut. Dengan pembahasan ini, diharapkan mahasiswa akan
mampu memahami fungsi dasar operasionalisasi kamera foto sehingga mampu
mendapatkan kualitas foto yang sesuai dengan kebutuhan.
1. Digital dan analog
Pertama kali saya
mengenal kamera adalah saat orang tua memberikan sebuah kamera saku manual.
Dengan fitur yang serba otomatis, dipastikan bahwa gambar akan selalu ‘bisa’
dilihat, terlepas apakah gambar itu indah atau tidak. Aktivitas beli roll film, memotret, mencuci dan
mencetak menjadi hal yang wajar dilakukan pada waktu itu. Pada saat kuliah pun
saya masih memakai kamera analog,tapi sudah berganti dari kamera saku ke kamera
SLR (single lens reflect). Implikasinya, saya mulai dipusingkan dengan aturan
komposisi, setting manual diafragma dan kecepatan rana. Beli film pun harus
sudah perhatikan ISO berapa yang dipakai, apakah warna atau hitam-putih. Anda
pun harus pandai memasang roll film. Jika tidak pas, dipastikan frame-nya meleset atau bahkan roll film akan terbakar karena
memasangnya di tempat yang terlalu terang.
Namun segala kerepotan
itu hilang saat saya mulai berkenalan dengan kamera berbasis digital. Semua
system disimplifikasi dan terintegrasi dalam satu bentuk kamera. Memotret pun
akan seketika bisa me-review gambar
yang dihasilkan. Berbeda dengan kamera analog, memotret harus menunggu dicuci
cetak untuk mengetahui hasilnya. Jika hasilnya jelek, ya rugi uang dan rugi
waktu. Gambar yang dihasilkan oleh kamera digital bisa disunting ulang di
computer dan seketika bisa dicetak melalui printer di rumah. Sedangkan foto
yang masih termuat dalam roll film dalam kamera analog masih harus melalui
proses cuci film untuk kemudian dicetak melalui printer khusus yang tersedia di
toko-toko kamera. Meski kamera SLR analog sudah mengadopsi teknologi mutakhir,
namun di kamera digital settingnya juga semakin komplit, karena bisa memilih
setting potret automatis, manual, atau setting tertentu untuk beragam objek dan
kondisi pencahayaan.
Jika ditilik dari system yang dipakai, kamera analog dan kamera digital menerapkan cara yang berbeda terutama dalam penggunaan materi penangkap gambar.
ilustrasi perbedaan sistem penangkapan cahaya pada kamera analog dan digital (John Tarrant, 2003) |
Pada kamera manual,
cahaya yang masuk ke kamera akan ditangkap oleh film dan membutuhkan proses
selanjutnya untuk menjadi sebuah gambar yang bisa dilihat. Sedangkan pada
kamera digital cahaya yang masuk akan ditangkap oleh chip elektronik peka
cahaya yang disebut CCD (Charge Coupling
Device), yang kemudian disimpan dalam memory
card (media penyimpan data). Revolusi medium penangkap cahaya dari film ke
CCD membantu pemotret untuk me-review hasil foto secara cepat melalui layar LCD
kamera.
CCD adalah
semikonduktor peka cahaya yang tersusun dari jutaan titik (pixel). Jadi jika
sebuah kamera mempunyai fitur 12 mega pixel ,maka CCD akan memuat 12,000,000
pixel. Saat cahaya menyentuh CCD, setiap pixel berubah menjadi picu elektrik
yang memunculkan warna sesuai dengan panjang gelombang cahayanya (Kim, 2003). CCD
dalam dunia foto digital disebut sebagai ‘sensor’. Sensor yang secara umum
dikenal adalah CCD dan CMOS (Complimentary Metal Oxyde Semiconductor).
Migrasi tekonologi
penangkap cahaya dari film ke sensor elektrik juga berpengaruh terhadap ukuran
kamera. Ruang khusus dalam kamera yang biasanya ditempati oleh roll film
menjadi tidak perlu dan bisa dhilangkan. Sensor elektrik yang kecil, tipis dan
hemat ruang mereduksi ukuran kamera secara signifikan. Bentuk kamera pun
menjadi lebih kompak dan mudah dibawa kemana-mana. Produsen kamera pun lebih
leluasa membuat kamera dengan berbagai bentuk dan ukuran.
Ragam kamera Digital (Chavanu, n.d) |
Meski digitalisasi
kamera berjalan secara cepat dan produksinya juga massif, penggemar kamera
analog masih tetap ada. Selain karena harga kamera digital lebih mahal, kamera
analog masih disukai karena mampu mengasah kemampuan fotografer secara
mendalam, terutama dalam memotret objek dan proses pasca-produksi. Foto yang
diambil tidak boleh sembarangan karena dibatasi oleh jumlah roll film yang ada.
Hasil foto pun tidak bisa langsung dilihat, jadi insting fotografer akan terus
terasah. Usai memotret pun, seorang fotografer yang memiliki Ruang Gelap
sendiri akan memproses secara kimiawi dari pita seluloid ke dalam kertas foto.
Kontras dan saturasi foto diedit secara manual. Aktivitas inilah yang kemudian
tidak bisa dimiliki oleh budaya digital yang serba cepat dan instant.
Jenis kamera
Dari sekian banyak
jenis kamera foto yang beredar di pasaran, pertanyaan mendasar yang mungkin
muncul di benak fotografer pemula adalah: “jenis kamera apa yang harus saya
gunakan?” jawaban umum yang bisa diberikan adalah tergantung berapa banyak uang
yang ingin anda habiskan untuk sebuah kamera, dan difungsikan untuk memotret
apa kamera itu nantinya. Tulisan ini akan membahas mengenai jenis kamera
digital yang beredar di masyarakat. Kamera analog tidak akan dibahas karena
peredarannya di masyarakat juga berkurang secara signifikan seiring maraknya
pengembangan produk kamera berbasiskan digital.
Ada tiga tipe kamera
yang secara luas beredar di pasaran dan dipakai secara massal oleh konsumen: 1)
Point-and-shoot, 2) Compact, dan 3) DSLR (Digital Single Lens Reflex). Masing-masing
kamera memiliki fungsi berdasarkan bentuk dan ukurannya.
1. Point-and-shoot Camera
Jenis kamera ini
paling banyak dipakai oleh konsumen jika dibandingkan dengan jenis kamera yang
lain. Konsumen memakai kamera ini sesuai nama yang diberikan. Kamera ini memang
ditujukan untuk konsumen foto kelas pemula yang menginginkan simplifikasi dalam
pemakaian. Tidak perlu mengatur setting dengan rumit. Cukup dinyalakan,
diarahkan ke bidang foto, dan dijepret. Seluruh system foto juga terintegrasi
dan diatur secara otomatis, seperti ISO, kecepatan rana, diafragma, dan White Balance. Kamera ini bisa dibeli dengan harga dibawah kamera Compact atau DSLR.
Kamera ini biasanya berukuran kecil dan mudah dibawa kemana-mana.
Ragam kamera Point and Shoot |
Lensa yang dipakai
mempunyai jarak fokal yang bervariasi (misalnya: 17-105mm, 17-85mm). Lensa
terpasang menyatu dengan tubuh kamera dan tidak bisa dibongkar-pasang. Karena
memakai teknologi yang disesuaikan dengan harganya, maka seringkali terjadi
ketidakpuasan konsumen terkait lambatnya proses olah foto oleh sensor, layar
LCD yang kurang cerah warnanya, dan keterbatasan jangkauan diafragma dan ISO.
2. Compact Camera
Jenis kamera ini
mempunyai fitur yang hampir sama dengan kamera point-and-shoot. Yang membedakan
adalah ukurannya yang lebih besar dengan fitur yang lebih beragam. Harga kamera
ini lebih mahal dari point-and-shoot dan bahkan lebih mahal dibanding beberapa
kamera DSLR kelas menengah kebawah.
Kamera ini memang
ditujukan untuk menjembatani konsumen yang ingin lebih serius mendalami
fotografi namun tidak memiliki cukup dana untuk membeli kamera DSLR ataupun
memang tidak menginginkan bentuk dan ukuran terlalu besar seperti pada kamera
DSLR maupun terlalu kecil seperti pada kamera point-and-shoot.
Ragam kamera compact |
3. DSLR
Sesuai dengan namanya,
Kamera Digital Single-Lens Reflex
(DSLR) memang membawa konsep cermin reflektif yang memungkinkan pemotret
membingkai gambar melalui cermin terlebih dahulu sebelum rana ditekan. Cahaya
yang melalui lensa kamera DSLR akan jatuh ke prisma reflector dan dipantulkan
ke viewfiender (jendela intip). Jadi
pemotret akan melihat kondisi actual objek foto.
Saat rana ditekan,
cermin akan berputar keatas dan membuka jalan bagi cahaya untuk masuk ke sensor
digital untuk kemudian dilakukan pengolahan gambar sebelum ditayangkan dio
layar LCD. Berbeda dengan kamera point-and-shoot ataupun kamera compact, semua
fitur dalam kamera DSLR bisa diatur sesuai dengan keinginan pemotret. Kamera
DSLR juga memungkinkan penyesuaian lensa dengan cara bongkar-pasang.
Ilustrasi tubuh kamera DSLR |
Jenis kamera lainnya
Dalam perkembangannya,
terdapat banyak variasi jenis kamera. Kamera seperti medium format, Twin Lens
Reflect sudah banyak dikenal bahkan sebelum era kamera digital. Kualitas kamera
tersebut sangat mumpuni dan biasa dipakai fotografer professional. Namun karena
harganya yang mahal, peredaran kamera ini pun hanya terbatas di pasar-pasar
khusus.
contoh medium format camera |
Perkembangan yang
paling banyak menarik perhatian adalah jenis kamera Micro four-thirds. Konsep
kamera ini dikembangkan bersama oleh Olympus dan Panasonic. Jenis kamera ini
mendukung teknologi DSLR dengan bentuk dan ukuran seperti kamera compact.
Seiring kemudian, Sony dan merk lain mulai mengikuti dengan konsep kamera mirrorless.
contoh kamera Micro-Four-Third |
Pada 2011, konsep
kamera masa depan, WVIL camera diperkenalkan ke public. Kamera ini berukuran
mini seukuran smartphone, dengan system olah gambar digital dan fungsi
touchscreen. Lensa yang dipakai pun bisa dibongkar pasang.
Sistem operasional kamera
Semua jenis kamera
foto mempunyai satu tujuan system operasi yang sama: menangkap cahaya melalui
lensa dan diproses kemudian menjadi produk foto. Meski demikian, pola operasi
kamera akan berbeda tergantung dari teknologi yang dipakai.
Secara mendasar,
system operasi kamera digital tidaklah berbeda dengan kamera analog. Keduanya
sama mengoperasikan elemen inti dari lensa, diafragma, dan kecepatan rana.
Perbedaannya hanyalah bagaimana objek foto itu ditangkap dan informasi datanya
disimpan. Jadi, jika anda terbiasa memotret dengan kamera analog, maka anda
tidak akan menemukan kesulitan ketika memakai kamera digital.
diafragma
Secara sederhana,
kamera analog terdiri atas sebuah system lensa, sebuah system diafragma
(aperture) dan sebuah system rana (shutter). System lensa akan memastikan bahwa
objek yang tertangkap akan focus, sementara aperture dan shutter akan
mengontrol jumlah cahaya yang masuk kedalam film. Segera setelah shutter
dipencet, cahaya akan dibiarkan masuk melalui system lensa dan aperture. Cahaya
kemudian akan dihadang oleh rana (bentuk fisik rana masih tampak di kamera
film, pada kamera digital rana diatur secara digital) sebelum masuk ke bidang
sensor digital. Gambar akan diolah oleh sensor dan kemudian ditampilkan di
layar LCD (pada kamera digital).
Kesimpulan
Kamera diproduksi oleh
produsen yang berbeda dengan system yang berbeda pula. Jenis-jenis kamera yang
dibahas diatas adalah sebagian dari kamera yang beredar di pasaran. Perkembangan
inovasi kamera pun memang terfokus kepada revolusi ukuran dengan tendensi
perkecilan bentuk. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, tidak mustahil jika
kemudian kamera berkualitas akan semakin mudah diakses dan dibawa kemana-mana
karena harganya yang terjangkau dan bentuknya yang kompak.
Yang perlu
diperhatikan oleh fotografer pemula, adalah jangan terlalu mementingkan harga
ketika membeli sebuah kamera. Gunakan kamera jenis apapun, yang penting anda
terus memotret. Kualitas foto yang bagus tidak serta merta ditentukan oleh
harga kamera.
Aktivitas Bersama
1. cari
tahu lebih jauh tentang perkembangan fotografi, misalnya dari alat perekam foto
yang dihubungkan dengan budaya yang diciptakannya (misalnya penggunaan kamera
Polaroid, kamera Lomo dalam Lomografi, dll)
2. cari
kamera ataupun bukti foto lama yang ada di rumah anda, model apapun.
Perhatikan bentuknya, kapan diproduksi, dan bandingkan dengan teknologi kamera
saat ini dan masa lampau. Berikan opini anda.
Daftar Pustaka
Apple. (2005). Aperture:
Digital Photography Fundamentals. Apple Computer Inc.
Olympus. (2006). FAQ Frequently
Asked Questions on Digital Photography. The Olympus Digital Library – Volume 5.
Olympus Imaging Europa.
Tarrant, John.( 2003). Digital
Camera Techniques. Focal Press. Oxford.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar