Sabtu, 07 April 2012

Warna dalam Fotografi


memotret warna (Wahyudi, 2011)



Fotografi mengalamai perkembangan yang signifikan terutama setelah ditemukan medium foto berwarna. Berbagai riset dan pengembangan dilakukan untuk menyamakan atau setidaknya mendekati persepsi warna pada mata manusia. Pembahasan mengenai warna pada fotografi mengacu pada teori warna dalam seni lukis dengan pengembangan lebih jauh menyesuaikan dengan konsep warna pada media digital.

Bab ini akan mencakup bahasan mengenai teori warna dan penggunaannya dalam praktek fotografi. Warna merupakan daya tarik foto yang harus dimengerti dan diatur secara maksimal oleh fotografer. Pemahaman mengenai sifat warna juga penting bagi fotografer untuk menghasilkan karya fotografi yang mumpuni.

Pemahaman mengenai sifat warna dalam fotografi akan membantu mahasiswa mengukur dan mengenali warna objek sebelum memotret. Kendali atas warna juga bisa dilakukan melalui setting kamera dan juga proses pasca-produksi melalui computer. Karena pada dasarnya fotografi adalah berusaha melihat objek dengan perspektif yang berbeda dengan mata manusia, maka warna yang muncul di karya foto juga seharusnya bisa menyampaikan ide yang berbeda terhadap pemaknaan warna itu sendiri.

Dalam proses selanjutnya, mahasiswa diharapkan untuk tidak hanya melihat warna objek foto, namun juga melihat elemen pendukung objek itu, (background, foreground) yang seringkali mempunyai intensitas warna yang berbeda, yang seringkali malah menjadi pusat perhatian dominan. Mahasiswa diharapkan untuk tidak terjebak dalam pemilihan warna dalam foto, karena setiap warna mempunyai karakteristik masing-masing. 


‘Warna’ adalah bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Warna ada dimana-mana. Warna sendiri tergolong sebagai teori baru dalam fotografi, namun warna bukanlah hal baru dalam kesenian, terutama seni lukis.

Bagi orang awam, warna adalah apa yang muncul dan disediakan oleh alam. Namun bagi fotografer, warna akan dipersepsi sebagai potensi yang akan dibingkai didalam karya fotonya. Pada bab sebelumnya sudah disinggung mengenai perbedaan cara melihat antara mata manusia dan ‘mata’ kamera. Lebih jauh, sebuah panduan memotret digital yang dikeluarkan oleh Aperture (perusahaan Apple) menjelaskan, bahwa dalam menerima cahaya mata manusia mempunyai tiga bagian penting:

1) pupil/iris :  membesar dan mengecil sesuai jumlah cahaya yang masuk ke mata
2) sel-sel Rod (batang) di retina : sel yang merespon tingkat brightness (gelap-terang) cahaya. Bekerja sangat baik pada kondisi minim cahaya.
3) sel-sel Cone (kerucut) di retina: sel yang juga merespon tingkat brightness (gelap-terang) cahaya. Bekerja sangat baik pada kondisi terang benderang.
Untuk membedakan warna, sel-sel Cone mempunyai tiga spectrum elektromagnetik:
1) Cone R: mengartikan warna merah dengan ukuran spectrum 600-700 nanometer (nm)
2) Cone G: mengartikan warna hijau dengan ukuran spectrum 500-600 nm
3) Cone B: mengartikan warna biru dengan ukuran spectrum 400-500nm

Warna yang dilihat manusia pada kondisi tertentu tergantung dari sel-sel mana yang dirangsang. Cahaya biru, akan menstimulasi cone B, yang kemudian akan dipersepsi oleh otak sebagai ‘warna biru’. Saat terjadi stimulasi lebih dari dua warna, maka otak akan merespon dengan menggabungkan dua warna tersebut sehingga persepsi muncul sebagai warna tersier (misalnya merah muda, magenta). Jika ketiga warna (R,G,B) muncul dengan intensitas cahaya yang sama, maka mata akan mempersepsi sebagai warna putih atau cenderung abu-abu.

Sel Cone letaknya lebih tersebar dibandingkan sel Rod. Sel Cone juga kurang sensitive terhadap cahaya, dan tidak akan aktif bekerja jika tidak ada intensitas cahaya yang memadai. Hasilnya, pada kondisi kurang cahaya, mata hanya akan melihat warna monokromatis (seperti hitam-putih). Akan tetapi, saat cahaya terang, warna yang dipersepsi pun akan menjadi lebih variatif.

System pada mata manusia kemudian dijadikan pedoman pada pengembangan teknologi kamera digital. Penting untuk dipahami bahwa meski  konsep ‘warna’ sangat tergantung dari persepsi masing-masing individu (misalnya: biru dipersepsi hijau), namun ada pakem yang patut untuk dipahami oleh fotografer. Warna punya kendali dan dampak luar biasa terhadap bagaimana kita menghargai ebuah foto. Warna dapat dipakai untuk menciptakan keseimbangan, kontras, penekanan, dan harmoni.

Dalam kaidah fotografi digital, warna mempunyai tiga parameter: 1) Hue, 2) Saturation, 3) Brightness.

1. Hue/corak: dibentuk oleh tiga warna dasar yang membentuk corak warna lainnya.

the color wheel

the color spectrum
Corak warna akan melahirkan warna komplementer, yaitu warna yang berseberangan posisi dengan warna primer (bias dilihat pada color wheel), misalnya warna hijau (komplementer merah), violet (komplementer kuning), oranye (komplementer biru).

warna komplementer: magenta (koleksi foto Irfan Wahyudi, 2011)


warna komplementer: hijau (koleksi foto Irfan Wahyudi, 2011)


Warna yang muncul dari bias cahaya biasanya mempunyai warna aditif (tambahan), yang muncul pada perangkat digital (misalnya computer, TV, video) yaitu: merah, hijau, biru (red,green, blue/ RGB). Sementara itu, warna yang muncul dari hasil absorbs cahaya akan memunculkan warna CMYK (Cyan, Magenta, Yellow), atau CMYK (memasukkan warna hitam). Warna ini muncul pada teknologi printing (cetak).


Yang harus diperhatikan disini adalah, warna yang muncul pada foto anda seringkali ditampilkan berbeda pada kamera, computer dan pada saat foto itu dicetak. Maka dibutuhkan penyesuaian antara RGB dan CMYK. Untuk membantu proses penyesuaian warna, dewasa ini sudah banyak pengembang software (misalnya: Adobe photoshop) menyiapkan perangkat tambahan untuk mengatasi masalah tersebut. Fotografer perlu untuk mengetahui perbedaan ini, terutama pada proses pasca-produksi (penyuntingan gambar).

2. Saturasi (Chroma)
Saturasi adalah variasi warna dalam kesatuan rona. Warna merah yang tersaturasi adalah warna merah yang murni, tidak diencerkan atau dikurangi kadarnya atau dimatangkan. Warna yang kurang saturasi akan terlihat abu-abu (kelam).

Proses desaturasi warna adalah hasil paduan dari corak-corak dengan hitam, putih atau akbu-abu, atau dengan warna komplementer. Saat saturasi diturunkan, akan muncul efek sendu, kelam, memorable.  


proses desaturasi warna
Warna alami dengan saturasi penuh akan memperkuat kesan pewarnaan. Bunga dengan warna memikat, sebagai contoh, akan sangat menarik di foto 

warna foto dengan saturasi penuh

3. Brightness
Tingkat cerah-gelap warna akan menentukan mood dan suasana sebuah karya foto. Brightness juga akan memudahkan audiens melihat focus perhatian di dalam foto. Permainan brightness pada warna-warna komplementer sangat disarankan untuk menambah kekuatan objek dengan warna tersebut. Meski demikian, warna primer juga membutuhkan aturan gelap-terang untuk menambah atau mengurangi dominasi warna tersebut dalam sebuah frame. 

pengaturan Brightness akan membantu membentuk 'mood' foto

Warna Dominan
Warna-warna primer mempunyai potensi untuk menguasai (mendominasi) pandangan mata manusia. Berhati-hatilah dalam menggunakan warna primer, terutama warna merah dan kuning. Pertimbangkan dengan matang penggunaannya, terutama untuk background atau foreground.




dominasi warna merah akan tetap tampak meski tidak menguasai frame

Red Rose (Wahyudi, 2011)
penggunaan warna kuning secara dominan akan memberikan efek hangat (foto: Wahyudi, 2010)

Penutup

Perlakuan terhadap warna dalam fotografi memang sangat istimewa. Pengaturan warna akan membawa fotografer untuk selangkah lebih maju dalam memahami produk foto yang dihasilkannya. Proses melukis dengan cahaya dalam fotografi pun akan terus memperhatikan proses pewarnaan yang dinamis dan akan terus berubah seiring beragamnya pengalaman yang didapat saat memotret.

Pemahaman terhadap pola warna dan cahaya dalam fotografi akan menjadi bekal penting bagi fotografer dalam melaksanakan kegiatan memotret dengan kondisi yang berbeda. 

Latihan
11. Potretlah objek dengan intensitas warna yang variatif (mulai yang rendah, sedang, maupun tinggi). Perhatikan kecenderungan warnanya. Catat pula suhu warna yang muncul.
22. Olah dan sunting hasil foto anda dengan memakai software yang tersedia di computer (misalnya memakai ACDSee). Konsentrasikan editing Anda pada pewarnaan. Eksplorasi kemungkinan warna yang ada sehingga hasil foto anda akan semarik untuk diamati. 


Mahasiswa diharapkan untuk mengeksplorasi setting warna yang tersedia di dalam kamera. Mahasiswa juga didorong untuk melakukan editing pasca memotret untuk mendapatkan hasil terbaik dari karya fotonya.

Daftar Pustaka
Apple. (2005). Aperture: Digital Photography Fundamentals. Apple Computer Inc.
Cambridge in Colour. (n.d). Tutorials: White Balance. Diakses pada 05 Desember 2011 dari http://www.cambridgeincolour.com/tutorials/white-balance.htm
Olympus. (2006). FAQ Frequently Asked Questions on Digital Photography. The Olympus Digital Library – Volume 5. Olympus Imaging Europa.
Tarrant, John.( 2003). Digital Camera Techniques. Focal Press. Oxford.
Wahyudi, Irfan. (2011). Koleksi foto pribadi.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar